Sentra Patung Mulyoharjo
Jika Kamu ingin berbelanja ukiran Jepara, atau mungkin sekadar melihat-lihat, Desa Mulyoharjo di Kecamatan Jepara bisa jadi destinasimu. Desa Mulyoharjo adalah Desa Wisata Industri Kreatif yang juga diklaim merupakan cikal bakal dari seni ukir jepara. Jarak tempuh dari pusat kota menuju desa ini sekitar 10 menit. Desa ini terletak di dekat Stadion Gelora Bumi Kartini. Saat pertama masuk ke kawasan Mulyoharjo, wisatawan akan melihat patung kuda yang juga menjadi gerbang masuk. Desa Mulyoharjo ini memiliki tak kurang dari 60 showroom yang memajang aneka patung hasil kreasi para pengrajin. Ukiran yang dijual tak hanya perabotan, tapi juga ukir-ukiran lain seperti patung, gantungan kunci, hingga asbak.
Mulyoharjo adalah sebuah desa di kecamatan Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. desa mulyoharjo juga di kenal sebagai sentra industri seni patung dan pahat dari kayu. desa mulyoharjo merupakan cikal bakal dari seni ukir jepara. zaman dahulu terkenal dengan ukiran Macan Kurung. Desa Mulyoharjo adalah Desa Wisata Industri Kreatif
Sejarah
Pada zaman dahulu kala ada seorang pengukir dan pelukis dari Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Waktu itu masa pemerintahan raja Brawijaya. Pengukir itu bernama Prabangkara disebut juga Joko Sungging. Lukisan dan ukiran Prabangkara sudah sangat terkenal di seluruh negeri. Suatu ketika Raja Brawijaya ingin memiliki lukisan istrinya dalam keadaan telanjang tanpa busana sebagai wujud rasa cinta sang raja. OIeh karena itu, Prabangkara dipanggil untuk mewujudkan keinginan sang Raja. Hal ini tentu merupakan hal yang sulit bagi Prabangkara, Karena meskipun mengenal wajah sang istri raja, tapi dia tidak pernah meilhat istri raja tanpa busana. Dengan usaha keras dan imajinasinya, akhirnya Prabangkara berhasil mengerjakan lukisan tersebut.
Ketika Prabangkara sedang istirahat, tiba-tiba saja ada seekor cicak buang tinja dan mengenai lukisan permaisuri tersebut. Kotoran cicak tersebut mengering dan menjadi bentuk seperti tahi lalat. Raja tentu sangat gembira dengan hasil karya Prabangkara tersebut. Sebuah lukisan yang sempurna , persis seperti aslinya. Sang raja mengamati lukisan tersebut dengan teliti. Begitu dia melihat tahi lalat, raja murka. Dia menuduh Prabangkara melihat langsung permaisuri tanpa busana. Karena lokasi tahi lalat persis seperti kenyataan. Raja Brawijaya pun cemburu dan menghukum pelukis Prabangkara dengan mengikatnya di layang-layang, kemudian menerbangkannya. Layang-layang itu terbang hingga ke Belakang Gunung[1] di Jepara dan mendarat di Belakang Gunung itu. Belakang Gunung itu kini bernama Mulyoharjo di Jepara. Kemudian Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada warga Jepara pada waktu itu dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan dan lestari hingga sekarang.